Genre : Friendship
Rating : 15
Author : Andini
Main Cast :
^ Lee Dong Hae a.k.a Donghae
^ Lee Je Hwa a.k.a Je Hwa
Happy Reading~
***
"Je Hwa-a, saat besar nanti kira-kira jodoh kita siapa ya?"
Namja kecil itu bergumam dengan meletakkan dagunya diatas tangannya tepat pada bingkai jendela kamar sambil melihat langit malam. sedangkan gadis disampingnya itu hanya tertawa kecil lalu menolehkan kepalanya pada sahabat kecilnya itu
"haha.. kau ini, masih kecil sudah bicara sok dewasa" jawab Je Hwa yang membuat Donghae berdecak kesal.
"yak! Je Hwa-a! aku serius. tapi aku sih berharap kalau jodohku nanti itu kamu" kata Donghae santai yang membuat gadis disampingnya itu kaget dan secara otomatis pipinya berubah menjadi merah karna malu
"kalau aku tidak mau bagaimana?" tanya Je Hwa
"Ya harus mau, karna kau adalah takdirku"
***
"Donghae-ya!! hosh.. hosh.." teriak Je Hwa dengan berlarian sambil membawa beberapa buku ditangannya
"hei! jangan berlarian seperti itu! rambutmu kan jadi berantakan" ucap Donghae saat je Hwa sudah berada di depannya kini. ia sedikit membenarkan rambut Je Hwa yang sedikit terlihat berantakan itu.
mendapat perlakuan seperti itu, dengan cepat Je Hwa langsung membenarkan rambutnya sendiri "em tidak usah, biar aku saja yang merapikannya" bukannya Je Hwa menolak perlakuan Donghae, hanya saja... ia tidak bisa mengontrol detak jantungnya itu.
"baiklah, ayo berangkat"
***
Je Hwa terlihat kesusahan dengan beberapa tumpukan buku yang kini berada ditangannya. wajahnya terlihat lelah, karna hari ini ia terpaksa harus pulang sore sebab ada bimbel mendadak
"Je Hwa-a!"
terdengar suara teriakan seorang namja dari belakang Je Hwa. Ia pun menoleh dan mendapati sahabatnya yang berpakaian smp sedang berlari menuju kearahnya
"ne?" tanya Je Hwa. ia memandang heran ke arah Donghae yang kini berada di hadapannya "kau belum pulang?"
Donghae hanya berdecak kesal "kau ini, ditunggu malah ninggal" gerutu Donghae dengan wajah cemberut
"ah ne, mian. menungguku? ada apa?" tanya Je Hwa
wajah Donghae yang awalnya terlihat kesal, kini telah berganti dengan wajah ceria nya "aku mau mengajakmu makan es krim. mau ne? ne? ne?" tanya Donghae dengan wajah berharap
"lalu, bagaimana dengan buku ku ini?" Je Hwa menunjuk pada tumpukan buku yang ada ditangannya
Donghae berpikir sebentar "hm, masukkan saja ke tasku" ucapnya lalu berbalik arah. sehingga bagian depan tas nya kini berada di depan Je Hwa
Je Hwapun segera memasukkan buku-bukunya kedalam tas Donghae yang berukuran lumayan besar itu. "sudah" ucap Je Hwa
"ayo ke toko es krim!" kata Donghae dengan semangat
mereka berjalan menyusuri jalan yang sering mereka lewati bersama. kini mereka telah berada didepan sebuah tempat yang sangat besar dan luas. tepat didepan tempat itu terdapat tulisan dengan ukuran besar "Ice Cream"
"nah! ini tempatnya!" ucap Donghae semangat
"wuahhh.. keren!" ucap Je Hwa dengan mata berbinar-binar
"ayo masuk"
Tlining...
bel toko itu berbunyi, menandakan ada seorang pengunjung yang mendatangi tempat itu
"Selamat sore" sapa pelayan toko itu dengan ramah
"ne. selamat sore" jawab Donghae dan Je Hwa bersamaan
"mau pesan apa? ini daftarnya" tanya pelayan itu dengan menyodorkan sebuah buku menu
"Je Hwa-a, kau pesan apa?" tanya Donghae pada Je Hwa
"sama denganmu saja. aku ke meja duluan yaa" ucap Je Hwa lalu berjalan menuju meja yang berada disamping jendela
Je Hwa menunggu Donghae dengan melihat keadaan jalan raya dari jendela disebelahnya
"aku bahagia, dapat memiliki seseorang sepertimu" gumam Je Hwa dengan tersenyum. ia senang, memiliki sahabat seperti Donghae. walaupun sifatnya masih kekanak-kanakan, ia menyukai Donghae apa adanya.
"bahagia karna siapa hayoo. karna aku yaa~?" celetuk Donghae dengan pedenya
"mwo? a-ani" jawab Je Hwa dengan gugup. sebisa mungkin ia menutupi perasaannya kini
"nih es krimnya. rasa vanilla" ucap Donghae dengan menyodorkan es krim berukuran sedang pada Je Hwa
"wahh.. gomawo!" kata Je Hwa dengan semangat
"es krimnya enak ya" ucap Donghaebersemangat sambil memakan es krimnya dengan lahap
"hm ne. sangat enak" jawab Je Hwa yang juga lahap memakan es krimnya
"nanti kalau kita sudah besar, aku akan mengajakmu ke sini lagi."
***
"Je Hwa-a! aku membelikanmu ini!" Teriak Donghae dari pagar halaman rumah Je Hwa sambil membawa 2 gulungan besar permen kapas ditangannya
Je Hwa yang sedari tadi masih memperhatikan bunga dalam potnya itu pun langsung menoleh kearah sumber suara. seketika senyumnya langsung mengembang dengan sempurna saat melihat sesosok namja yang kini sedang berjalan menghampirinya dengan wajah ceria seperti biasanya
"wah.. permen kapas!" Je Hwa terlihat berbinar-binar saat melihat Donghae datang dengan membawa permen kapas yang merupakan makanan kesukaan mereka
"ne. saat aku tadi berjalan ke rumahmu, aku melihat ada orang yang berjualan permen kapas. yasudah aku membeli 2. 1 untukku, 1 untukmu" jawab Donghae dengan menyerahkan permen kapas berwarna merah muda itu
"gomawo. eh, ayo ke rumah pohon!" ucap Je Hwa lalu menarik tangan Donghae menuju arah rumah pohonnya
"ne, ayo"
kedua orang itu dengan cerianya langsung berlari menuju rumah pohon yang berada di halaman rumah Je Hwa yang tergolong luas.
"wuahh.. hebat! kita ada di atas udara! wuingg.. wuingg..." Donghae terus berceloteh tidak jelas dan malah mempraktekkan seakan-akan dia sedang terbang di udara
"kita bukan diatas udara, tapi di atas pohon" Je Hwa membenarkan ucapan Donghae tadi
"eh, ada teropong, aku pinjam yaaa~" dengan gesit Donghae mengarahkan teropong mainan itu ke segala arah. "semua yang ada dibawah terlihat. haha.. ini keren!"
Je Hwa yang melihat itupun hanya tersenyum melihat tingkah namja itu yang sudah menjadi sahabatnya sejak kecil. sifatnya belum berubah, masih kekanak-kanakan. padahal saat ini mereka sudah kelas 3 smp.
"Donghae-ya?" Je Hwa memanggil sahabatnya yang sedang sibuk dengan teropongnya itu
"ne?" Donghae menghentikan aktivitasnya tadi lalu menoleh ke arah Je Hwa
"ani, kau tidak mau memakan permen kapasmu?" tanya Je Hwa yang sudah duduk dikursi yang berada tepat disebelah jendela rumah pohonnya sambil memakan permen kapasnya
"yak! kenapa kau tidak mengajakku daritadi? permen kapasmu bahkan sudah hampir habis!" Donghae berdecak kesal
Sedangkan Je Hwa hanya tersenyum bocah "ehehe.. mian. aku lapar"
"kalau begitu, ayo permen kapas ini kita makan berdua!" kata Donghae dengan semangat lalu duduk disamping Je Hwa
"boleh?" tanya Je Hwa dengan semangat
"ne. tentu"
mereka berdua terus bercerita sambil memakan permen kapas itu. sampai akhirnya aktivitas itu terhenti saat Je Hwa mengatakan sesuatu
"ehm.. Donghae-ya~" panggil Je Hwa
"ne?" Donghae tetap melanjutkan makan permen kapasnya
"aku..."
"apa?" tanya Donghae lalu berhenti memakan permen kapasnya dan menghadapkan ke arah Je Hwa
"jangan marah ya?" tanya Je Hwa dengan ragu-ragu
"memangnya ada apa?" Donghae semakin penasaran dengan apa yang akan dikatakan Je Hwa
Je Hwa terlihat menghembuskan nafasnya dengan berat. "aku akan pindah ke Jepang besok lusa" katanya dengan menundukkan wajahnya. sangat terlihat jelas bahwa ia tidak ingin meninggalkan sahabatnya itu
"................."
"kau tidak marah kan?" tanya Je Hwa khawatir saat melihat sahabatnya hanya tediam
Donghae yang awalnya terlihat sedih. kini berusaha tersenyum didepan Je Hwa. walaupun itu hanyalah senyum paksa. "ani. asal kau kembali, aku tidak akan marah kok"
***
hari ini adalah sehari sebelum Je Hwa akan pindah dan meninggalkan Donghae. tapi bukannya memberi salam perpisahan, kedua sahabat itu malah sedang bertengkar
"mwo? dasar kau! aku tidak mau lagi dekat-dekat denganmu! kau nakal! kau curang! seharusnya aku yang menang!" teriak Donghae tidak terima kalau dia kalah permainan sambil menarik-narik rambut Je Hwa yang dikuncir kuda
"yak! seharusnya memang aku yang menang! hei lepaskan!" balas Je Hwa yang juga tidak terima dengan memukul-mukul Donghae
"tidak! aku yang menang!" protes Donghae
"yak! kau itu! sudah egois, kekanak-kanakan, cerewet, tidak mau mengalah, pengganggu juga!" jawab Je Hwa
Donghae hanya terdiam mendengar perkataan Je Hwa
"maaf" satu kata itu keluar dari mulut Donghae
"Donghae-ya.. maaf aku tidak bermaksud..."
"maaf, jika kehadiranku selama ini hanya mengganggumu, aku tidak akan cerewet lagi, aku tidak akan egois lagi, aku tidak akan kenak-kanakan lagi, dan aku juga tidak akan mengganggumu lagi. Je Hwa-a, semoga perjalananmu besok lancar." ucap Donghae lalu berjalan pergi dari hadapan Je Hwa
mendengar perkataan Donghae itu, ia hanya bisa terdiam. menahan tangisnya yang ingin keluar saat ini juga. ia terus melihat Donghae yang semakin berjalan menjauh
"Donghae-ya!" Je Hwa berlari kearah Donghae. ia terus memanggil nama sahabatnya itu dengan menangis terisak
Donghae berhenti dari langkahnya. ia hanya berdiri diam tanpa menoleh ke arah Je Hwa. "Donghae-ya.. maaf" ucap Je Hwa dengan menangis. ia masih berdiri mematung tepat dibelakang tubuh Donghae yang masih membelakanginya
Donghae berbalik, ia hanya tersenyum tipis. "saat kau kembali nanti, semoga aku sudah menjadi seperti seseorang yang kau inginkan. selamat tinggal. hati-hati untuk perjalananmu besok. semoga lancar ne? aku mendoakanmu"
kini Donghae berjalan meninggalkan Je Hwa. sedangkan Je Hwa masih terus menatap tubuh Donghae yang semakin menghilang dari jarak pandangnya
***
Je Hwa hanya menghembuskan nafasnya kasar. ia masih duduk terdiam disebelah jendela kamarnya dengan memandang langit malam. hal yang sering ia lakukan bersama sahabat kecilnya, Donghae. pikirannya kembali pada masa-masa kecilnya. masa kecil yang terlalu menyenangkan untuk dikenang. masa kecilnya, masa bahagianya, masa bersama sahabatnya. masa kecil yang menurutnya adalah masa paling indah dan bahagia dalam hidupnya. karna di setiap waktu, akan selalu ada seorang yang mengisi harinya dengan indah, Lee Donghae, sahabat kecilnya
"kau bodoh Je Hwa" gumam Je Hwa dengan menundukkan kepalanya. ia mengingat saat ia telah mengatakan sesuatu yang menyakiti sahabatnya itu hanya karna hal sepele
"kau begitu bodoh" Je Hwa terus menyalahkan dirinya. ia merindukannya. seseorang yang disakitinya. dan seseorang yang ditinggalkannya
***
"Donghae-ya, aku kembali. apa kau masih mengingatku?" gumam Je Hwa dengan menatap langit biru. ia menghembuskan nafasnya dengan berat. tempat ini, adalah tempat yang memiliki banyak kenangan tentang mereka
Tlining...
bel itu berbunyi, mengingatkan saat pertama kalinya Donghae mengajaknya ke tempat ini.
"Selamat sore" sapa pelayan itu dengan ramah
Je Hwa tersenyum tipis. "ne. selamat sore"
"mau pesan apa? ini daftarnya" ucap pelayan itu dengan menyodorkan buku menu
"aku pesan es krim vanilla" kata Je Hwa lalu berjalan menuju meja yang berada di dekat jendela. tempat ini, tempat yang mereka tempati saat masih kecil
"ini pesanan nya" ucap pelayan itu menyadarkan lamunan Je Hwa.
"oh ne. kamsahamnida" kata Je Hwa mengucapkan terima kasih
Je Hwa menatap kursi didepannya yang kosong. dulu, kursi itu Donghae yang mempati. berbeda dengan saat ini
ia mulai memakan es krim itu dengan perlahan, tidak selahap saat ia bersama Donghae dulu. "aku merindukanmu..." ucap Je Hwa dengan air matanya yang mulai menggenang di pelupuk matanya
"annyeong" sapa seorang namja dari belakang Je Hwa. Je Hwa hanya terdiam, mencoba kembali pada alam nyatanya. suara itu.. suara sahabat kecilnya. tidak salah lagi, itu suara Donghae!
Je Hwa menoleh dengan tatapan tak percaya "D-Donghae-ya?"
"ne, aku Donghae. sahabat kecilmu" jawab Donghae singkat lalu tersenyum. senyumnya masih seperti dulu, hanya saja kini ia sudah terlihat dewasa
Tidak cerewet.
Donghae sudah tidak cerewet dan banyak bicara seperti dulu lagi. kemana Donghae nya yang dulu?
mereka menikmati es krim mereka dalam diam. tidak ada celotehan yang dulu biasa mereka keluarkan bahkan sampai lupa waktu
"Donghae-ya?" tanya Je Hwa
Donghae menghentikan aktivitasnya sejenak. "ne? ada apa?" jawab Donghae dengan nada biasa, tidak dengan nada ceria seperti dulu
Tidak Kekanak-kanakan.
"kau kuliah dimana?" tanya Je Hwa dengan sedikit canggung. seperti seseorang yang baru saja saling mengenal
"KyungHee. Neo?" jawab Donghae
"sama denganmu"
Tidak mengganggu
Donghae tidak lagi mengganggunya seperti dulu. yang sering mengganggu Je Hwa karna celotehannya yang sangat panjang bahkan panjangnya melebihi sungai amazon
"Donghae-ya.. maaf"
sedangkan Donghae hanya tersenyum tipis mendengar perkataan Je Hwa barusan
Donghae telah berubah
bukankah memang itu yang kau inginkan dulu Je Hwa-a? kau tidak boleh menyesalinya sekarang.
***
Je Hwa hanya menarik nafas dengan perlahan. ia hanya memandang Donghae dari jauh tanpa berani mendekat. sesekali ia melihat pada kotak bekal yang berada pada tangan kanannya itu. ia sangat ingin memberikan makanan itu pada Donghae.
ia mulai berjalan menghampiri Donghae dengan jantung yang sangat berdegup. seakan-akan ini pertama kalinya ia bertemu Donghae
"ehm.. Donghae-ya?" tanya Je Hwa pada Donghae yang kini tengah mengerjakan tugas yang belum ia selesaikan di taman kampus mereka
. Je Hwa berusaha menetralkan suaranya agar tidak terdengar seperti orang yang sangat gugup
"hm?" tanya Donghae tanpa menoleh dan masih terfokus pada pekerjaannya
Je Hwa hanya bisa menghela nafas. jujur, ia kecewa saat Donghae seperti itu. Donghae telah berubah
"kau sudah makan?" tanya Je Hwa lalu duduk di kursi kosong yang berada di sebelah Donghae
"belum" jawab Donghae pendek.ia kembali tenggelam dalam tugas yang tadi ia kerjakan
"Aku merindukan sosokmu yang dulu Donghae-ya. yang cerewet, yang kekanak-kanakan, yang senang mengganggu. Donghae-ya, kemana sosokmu yang dulu? aku sangat merindukanmu"
Je Hwa hanya bisa bertanya-tanya dalam hatinya
"aku membawakanmu ramyeon untuk makanmu kali ini. bukankah kau sangat menyukai ramyeon? aku masih mengingat itu" Je Hwa hanya tersenyum mengingat masa kecilnya.
"ne. masa kecil kita sangat menyenangkan. tapi berbeda dengan sekarang" respon Donghae
***
"Yahh hujan. bagaimana aku bisa pulang?" gerutu Donghae dengan melihat kearah langit yang sudah berwarna hitam dan hujan yang turun dengan sangat deras dari jendela ruang tamu rumah Je Hwa
"nunggu disini sampai hujannya reda saja. nih jaket, pasti kamu kedinginan" ucap Je Hwa lalu meminjamkan jaket berwarna hitam itu pada Donghae
Donghae hanya mengangguk lalu menerima jaket itu dan langsung memakainya.
"gomawo" kata Donghae dengan tersenyum
"aku ke dapur dulu ya, mau cari sesuatu yang bisa dimakan" ucap Je Hwa lalu mulai berjalan menuju dapur rumahnya
"ne" Donghae kembali menatap langit yang masih tetap gelap dan hujan yang belum kunjung reda
"DONGHAE-YA, DI SINI HANYA ADA RAMYEON! APA KAU MAU KUBUATKAN RAMYEON?"
terdengar teriakan Je Hwa dari arah dapur.
Donghae pun juga menjawab dengan berteriak agar Je Hwa dapat mendengar suaranya "NE"
beberapa menit kemudian terlihat Je Hwa menghampiri Donghae dengan membawa 2 mangkuk ramyeon di tangan kanan dan kirinya
"nih ramyeon nya, di makan ya. biar hangat" ucap Je Hwa dengan tersenyum
Donghae menerima mangkuk itu lalu tersenyum. "gomawo"
"bagaimana? enak tidak?" tanya Je Hwa saat melihat Donghae mulai memakan ramyeon buatannya
"hmm... sangat enak! karna aku sangat suka ramyeon!" jawabnya bersemangat dengan mulut yang masih penuh ramyeon
***
"ne. sangat berbeda" respon Je Hwa dengan tersenyum kecut. sahabatnya kini memang sudah berubah
"aku ke kelas dulu. annyeong" pamit Je Hwa dengan membungkukkan tubuhnya.
Je Hwa pun mulai melangkahkan kakinya menjauh dari Donghae. ia sedih, ia kecewa, ia sakit. ini terlalu menyakitkan baginya
sedangkan Donghae hanya terdiam melihat kotak bekal yang di berikan Je Hwa untuknya.
"kau masih menyimpan kotak bekal pemberianku" ucap Donghae lalu membuka kotak bekal itu
Ia mulai memakan ramyeon pemberian Je Hwa. "rasanya enak. tetap sama dengan ramyeon yang pertama kali kau buatkan untukku dulu" ucap Donghae dengan tersenyum tipis
-TBC-
By : Fulanda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar